Photo by Kelly Sikkema on Unsplash
Halo #TemanTeduh!
HAPPY NEW YEAR!
Gimana kabarnya nih, di minggu pertama tahun 2023 ini?
Yuk! Awali dengan senyuman untuk diri sendiri. Aku jamin positive things will happen! Sesederhana, pasti mood kamu akan berubah deh kalau kamu senyum :)
Anyway, terima kasih ya, kamu udah berhasil melalui tahun 2022. Pasti ada aja momen up and down ya di tahun lalu. That’s life! Jangan lupa untuk mengapresiasi diri sendiri ya. Trust me, you have done your own best!
Momen tahun baru itu selalu identik sama “refleksi tahun lalu” dan “resolusi buat tahun yang baru”. Nah, siapa nih #TemanTeduh yang udah melakukannya?
Kalau udah, great job!
Kalau belum, don’t worry! Kita masih punya waktu kok buat melakukannya.
Nah, di momen ini, Teduh mau bagiin sedikit tips nih mengenai gimana cara bikin refleksi dan resolusi yang bermanfaat buat kita. Harapannya enggak cuman jadi tulisan aja, tapi juga beneran bisa kita terapin dengan konsisten. Pasalnya, menurut TIME management firm FranklinCovey: satu dari tiga orang yang bikin resolusi tidak berhasil sampai melewati Januari. Penyebabnya kebanyakan karena beberapa hal ini:
Resolusinya dibuat berdasarkan apa yang orang lain (atau lingkungan sosial) kita yang mengatakan bahwa kita harus berubah
Resolusinya terlalu samar
Kita tidak punya tujuan yang realistis untuk mencapai tujuan resolusi kita
So, kita harus SMART dalam membuat resolusi!
SMART itu apa?
Aku yakin beberapa di antara kita udah ada yang familiar nih, sama yang namanya SMART Goal Setting Strategy. SMART adalah akronim yang udah ada semenjak tahun 1981, yang pertama kali diperkenalkan di Journal Management Review. Meskipun pertama kali muncul dalam dunia manajemen, tapi strategi ini tuh udah diterapkan dalam berbagai setting yang luas, termasuk bikin resolusi. So, SMART itu mengacu pada: specific, measurable, achievable, relevant, dan time-bound.
Specific
Resolusi kita itu harus jelas banget! Bikin tujuan yang sangat konkret sangatlah penting, daripada kita bikin tujuan yang samar-samar. Misalnya, kita mengatakan “Aku ingin menurunkan berat badan” Oke, ini resolusinya ya. Kalau kita mau jadikan ini sebagai tujuan, kita harus memikirkan kita mau turun berat badan berapa kilogram dalam jangka waktu berapa lama? Misalnya kita buat tujuannya jadi “Menurunkan 5 kilogram berat badan dalam waktu dua bulan” Hal ini akan jauh lebih efektif dan membuat kita akan bergerak untuk berusaha.
Measurable
Tujuan kita juga harus terukur! Mungkin hal ini akan lebih jelas kalau tujuan kita berkaitan dengan penurunan berat badan ya. Jangan salah, kita juga bisa kok membuat tujuan yang lain jadi terukur. Misalnya dengan cara kita bikin indikator-indikator keberhasilan dari tujuan besar kita atau kita memecah tujuan itu jadi tujuan-tujuan yang lebih kecil supaya lebih mudah bagi kita buat mengerjakannya. Kita juga bisa merekam kemajuan kita di sebuah jurnal atau bikin catatan di hp buat track perilaku kita. Misalnya, goal statement-nya bisa “Berolahraga minimal 15 menit setiap hari di jam 6 pagi” atau “Bikin gratitude journal setiap hari di jam 9 malam”, yuk coba kita praktikkan!
Achievable
Tujuan kita juga harus bisa dicapai dengan masuk akal. Hal ini bukan berarti kamu gak boleh punya tujuan yang besar. Cuman, kalau kita coba untuk membuat tujuan yang besar dengan cepat, kita akan lebih mudah frustrasi karena akan lebih mudah merasa gagal sehingga memengaruhi area kehidupan kita yang lain. Misalnya, “mendapatkan tabungan 100 juta pertama”. Sementara, kalau diprediksikan dari penghasilan kita, bakalan sulit banget nih buat mengumpulkannya. Mungkin kita bisa ganti dengan tujuan yang lebih achievable. Sebagai contoh, kita punya tujuan buat menabung sebesar X% dari penghasilan kita di bulan Januari sampai Maret. Kita juga bisa meningkatkan persentasenya secara bertahap seiring dengan perubahan penghasilan kita nanti.
Relevant
Kita harus menanyakan pada diri kita, apakah tujuan ini benar-benar bermanfaat buat kita dan kita membuatnya dengan alasan yang benar? Kata Dr. Michael Bennett, kalau kita membuatnya karena rasa benci pada diri sendiri atau penyesalan dan ada hasrat yang sangat kuat pada saat itu, biasanya tujuan itu tidak akan bertahan lama. Sebaliknya, kalau kita bikin tujuan berdasarkan proses berpikir yang panjang, memikirkan apa yang terbaik buat kita, bagaimana kita mengubah diri kita secara perlahan, maka kita akan lebih mudah untuk memperjuangkannya.
Time-bound
Kita juga harus punya “timeline” buat mencapai tujuan kita yang realistis. Kita harus bisa menjawab pertanyaan, “kapan kita akan mencapainya?”. Menurut Charles Duhigg, penulis buku “The Power of Habit”, katanya kita harus fokus pada kemenangan-kemenangan kecil sehingga kita akan membuat kemajuan secara bertahap.
Psychology Content Writer: Aviva Lutfiana
Sumber:
Miller, J. A. (n.d). How to Make (and Keep) a New Year's Resolution. Retrieved from: https://www.nytimes.com/guides/smarterliving/resolution-ideas
Comments