Photo by Rene Böhmer on Unsplash
Halo, #TemanTeduh! Apakah kalian pernah mendengar istilah ‘Psikosis’? Sebenarnya apa itu psikosis, gimana gejalanya, dan penanganannya? Nah, yuk kita simak dari artikel berikut ini!
Apa itu Psikosis?
Psikosis adalah masalah kesehatan mental serius yang ditandai dengan gangguan individu dalam mempersepsikan realita. Artinya, ia kesulitan untuk membedakan realita (kenyataan) dengan khayalan. Disclaimer! Setelah baca artikel ini, #TemanTeduh tidak boleh melakukan diagnosis diri sendiri (self diagnose) ataupun mendiagnosis orang lain, ya! Diagnosis psikosis hanya dapat dilakukan oleh Psikolog dan Psikiater melalui serangkaian pemeriksaan.
Gangguan psikosis ini ditandai dengan munculnya gejala halusinasi dan waham (delusi). Misalnya nih ya, dalam suatu episode psikosis, orang dengan gangguan psikosis sering mengaku bahwa mereka percaya ada seseorang atau organisasi khusus yang mengincar dan ingin membunuhnya. Padahal pada kenyataannya tidak ada. Inilah yang disebut dengan delusi atau waham, yang nanti akan kita bahas lebih lanjut.
Gangguan psikosis ini terjadi karena ada gangguan pada otak sehingga memengaruhi kinerja dalam memproses informasi. Akhirnya, orang dengan gangguan ini menafsirkan kehidupan sekitar secara berbeda dari orang lain. Orang tersebut mungkin tidak menyadari bahwa dirinya mengidap psikosis karena delusi yang ia rasakan terasa nyata. Akibatnya, mereka bisa sangat terbebani dalam menjalani hidup normal sehingga harus segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Apa Penyebab Psikosis?
Penyebab dari psikosis berbeda-beda dan penyebab pastinya sering kali tidak jelas. Namun, beberapa faktor risiko nih, yang diketahui dapat memicu terjadinya psikosis. Psikosis rentan muncul sebagai manifestasi gejala dari penyakit, tetapi dapat juga dipicu melalui konsumsi obat-obatan, terutama obat-obatan terlarang, kekurangan tidur, dan faktor lingkungan. Beberapa kondisi pada tubuh yang dapat menyebabkan psikosis antara lain adalah:
Genetik. Jika terdapat anggota keluarga yang memiliki riwayat psikosis, kemungkinan keturunan berisiko untuk mengalamI kondisi serupa.
Masalah kesehatan mental tertentu, seperti skizofrenia, bipolar, dan depresi.
Penyalahgunaan obat-obatan dan zat adiktif seperti mariyuana, LSD atau amfetamin.
Penyalahgunaan alkohol.
Pengalaman traumatis seperti kehilangan orang yang dicintai, mengalami pelecehan seksual, atau bertugas medan perang.
Kondisi fisik atau penyakit yang berhubungan dengan otak, seperti cedera otak, penyakit Parkinson, penyakit Huntington, tumor otak, dan sebagainya.
Beberapa tipe demensia yang disebabkan oleh penyakit Alzheimer, HIV, sifilis, beberapa tipe epilepsi (kejang-kejang), dan stroke.
Penyakit malaria.
Kadar gula dalam tubuh di bawah normal yang sangat rendah (hipoglikemia).
Lupus.
Seperti Apa Gejala Psikosis?
Orang dengan gangguan psikosis awalnya akan mulai berpikir atau melihat dunia di sekitarnya secara berbeda, yang ditandai dengan:
Kesulitan untuk berpikir jernih dan berkonsentrasi.
Mudah curiga dan merasa tidak nyaman jika berada di sekitar orang lain.
Kurang merawat diri atau tidak memperhatikan kebersihan diri.
Menghabiskan lebih banyak waktu sendirian dari biasanya.
Mengeluarkan emosi yang berlebihan.
Tidak mengeluarkan emosi sama sekali.
Gejala awal tersebut akan berkembang lebih jauh menjadi delusi maupun halusinasi.
Apa itu delusi dan halusinasi? Gimana perbedaannya? Nah, coba simak penjelasan berikut ini, ya!
Apa itu Delusi?
Delusi atau waham merupakan keyakinan yang kuat dan tidak masuk akal. Orang dengan gangguan psikosis (selanjutnya disebut dengan klien) dapat mempercayai sesuatu yang tidak nyata. Delusi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu delusi paranoia (paranoia/persecutory delusion), delusi mengenai keagungan (grandiose delusion), dan delusi somatik (somatic delusion).
Pada delusi paranoia, mereka memiliki kecurigaan atau ketidakpercayaan terhadap orang lain yang tidak rasional. Misalnya, percaya bahwa sekelompok orang berkonspirasi untuk membunuhnya. Pada delusi mengenai keagungan (grandiose), mereka meyakini bahwa dirinya memiliki suatu kekuatan, benda, atau kemampuan yang istimewa, menjadi orang yang terkenal, memiliki koneksi dengan orang-orang penting, ataupun berhubungan kuat dengan suatu agama atau mitos tertentu. Contohnya, meyakini bahwa dirinya adalah titisan anak dewa. Pada delusi somatik, mereka percaya bahwa bagian tubuhnya cacat atau terjangkit suatu penyakit tertentu. Contohnya, meyakini bahwa tangannya terjangkiti kusta padahal secara medis sehat-sehat saja.
Apa itu Halusinasi?
Halusinasi ditandai dengan adanya persepsi yang dirasakan tanpa adanya rangsangan nyata terhadap panca indranya. Kondisi ini mengakibatkan mereka dapat mendengar, melihat, merasa, ataupun mencicipi yang sebenarnya tidak nyata. Sebagai contoh, orang dengan gangguan ini merasa melihat suatu sosok atau mendengar bisikan atau suara yang tidak nyata. Kasus halusinasi yang sering terjadi biasanya berupa mendengar suara-suara (halusinasi auditori)
Gejala lainnya yang dapat dirasakan oleh orang dengan gangguan psikosis adalah:
Depresi.
Keinginan untuk bunuh diri.
Kurang tidur atau malah tidur terlalu lama.
Merasa curiga dan cemas.
Menarik diri dari lingkungan.
Suasana hati yang murung.
Cara bicara yang tidak teratur, misalnya mengganti topik yang tidak berkaitan.
Diagnosis Psikosis
Seperti yang udah disebutkan sebelumnya, diagnosis psikosis bisa ditegakkan melalui serangkaian pemeriksaan yang dilakukan oleh psikiater (dokter kejiwaan) dan psikolog. Pemeriksaan yang dilakukan diantaranya:
Penelusuran riwayat klien: Dokter atau psikolog akan mengajukan beberapa pertanyaan seputar gejala, perilaku, dan perasaan klien. Informasi tentang riwayat medis, keluarga, dan latar belakang budaya klien juga akan dianalisis. Pemeriksaan mengenai latar belakang budaya sangat penting, karena budaya seseorang mencerminkan keyakinan, nilai, dan praktik yang dianut. Pemikiran delusi dan halusinasi harus dipertimbangkan dalam konteks budaya yang spesifik, karena yang dianggap delusi dalam satu budaya mungkin normal di budaya lain.
Pemeriksaan fisik dan mental: Dokter akan memeriksa fisik klien melalui kondisi tekanan darah, pola gerakan klien dan tanda lainnya. Dokter juga akan memeriksa penyakit klien yang mungkin menyebabkan psikosis. Sementara itu untuk pemeriksaan mental, dokter akan mengamati klien dari riwayat kesehatannya, perilaku secara umum, suasana hati, ucapan dan proses berpikir klien.
Tes laboratorium: Ketika tanda dan gejala psikosis klien menunjukkan pemicu berupa kondisi medis tertentu, tes laboratorium yang dapat dilakukan, diantaranya melalui tes MRI atau CT scan.
Terus, gimana nih penanganan dari psikosis?
Penanganan Psikosis
Penanganan bagi orang dengan gangguan psikosis diberikan berdasarkan kebutuhan. Perawatan psikosis dapat bervariasi tergantung penyebab yang mendasarinya. Umumnya, perawatannya berupa pemberian obat-obatan, terapi, serta dukungan dari keluarga dan komunitas.
Pemberian obat-obatan antipsikotik: Obat antipsikotik biasanya direkomendasikan sebagai pertolongan pertama untuk psikosis. Jenis obat ini bekerja dengan cara memblokir efek dopamin, yaitu zat kimia yang mentransmisikan pesan di otak. Antipsikotik biasanya dapat mengurangi perasaan cemas dalam beberapa jam setelah penggunaan, tetapi perlu waktu beberapa hari atau minggu untuk mengurangi gejala halusinasi atau pikiran delusi pada psikotik. Antipsikotik dapat diminum atau diberikan melalui suntikan. Penggunaan obat antipsikotik ini harus dipantau secara ketat oleh dokter dengan dosis yang tepat, jadi enggak sembarangan ya, guys!
Terapi psikologis berupa terapi perilaku kognitif: Terapi ini dilakukan bersama psikolog, konselor, atau psikiater, bertujuan untuk mengubah pemikiran dan perilaku orang dengan gangguan psikosis. Terapi ini efektif dalam memberikan perubahan yang jangka panjang dan dapat membantu klien menghadapi gangguan yang dialami. Terkadang, perawatan ini efektif untuk klien yang tidak dapat ditangani dengan obat-obatan.
Dukungan keluarga dan komunitas: Dukungan dari anggota keluarga diharapkan dapat membantu klien menangani gangguan yang dialami. Keluarga bisa mendapatkan intervensi yang kegiatannya berupa diskusi mengenai kondisi yang dialami klien dan penanganan yang dapat dilakukan, mencari cara yang dapat digunakan untuk mendukung klien, dan menemukan cara menyelesaikan masalah praktis untuk menghadapi klien. Contohnya seperti membuat perencanaan sebagai antisipasi saat psikosis kambuh di kemudian hari. Selain itu, keluarga klien juga dapat bergabung dengan komunitas atau kelompok dengan anggota-anggota yang memiliki kondisi serupa.
Nah, itu dia sedikit pengetahuan mengenai Psikosis, #TemanTeduh! Semoga pengetahuan ini bisa bermanfaat ya! Jika teman-teman merasa mengalami gejala dari gangguan psikologis apapun, jangan lakukan diagnosis sendiri, tetapi harus meminta bantuan profesional, yaitu oleh Psikolog atau Psikiater, ya! Jangan lupa akses fitur Self Help di Aplikasi Teduh untuk informasi kesehatan mental lainnya!
Psychology Content Writer: Aviva Lutfiana
Sumber:
Rafiqua, N., Lestari, K. (2019). Psikosis. Retrieved from https://www.sehatq.com/penyakit/psikosis
Fadli, R. (2022). Psikosis. Retrieved from https://www.halodoc.com/kesehatan/psikosis
Psychology Today. (n.d.). Psychosis. Retrieved from https://www.psychologytoday.com/us/basics/psychosis#:~:text=Psychosis%20occurs%20when%20an%20individual,disorganized%20speech%2C%20and%20abnormal%20movements.
Comments